Baihaki, seorang pembudidaya ikan dalam keramba di Sungai Martapura, Kelurahan Banua Anyar, Kota Banjarmasin. Foto Donny Muslim/ apung ikan berjajar di tepi aliran Sungai Martapura, Kelurahan Benua Anyar, Kecamatan Banjarmasin Timur. Ditopang tong besar berbahan plastik, setiap keramba dilengkapi bak berukuran 3x3 meter dengan balutan atas titian ulin yang tersambung area keramba, sosok Baihaki 53 telaten menabur makan ikan-ikan berjenis Bawal ketika mendatanginya, Sabtu 29/6/2019 sore. Di tangan kanannya, segenggam pakan ikan dari usus ayam dicampur nasi siap ditabur ke dalam paruh baya ini satu dari puluhan penggiat budidaya ikan metode keramba jaring apung di Kelurahan Benua Anyar. Sejak puluhan tahun, daerah ini dikenal sebagai sentra pengembangan tambak ikan sungai di Kota Banjarmasin."Ulun sudah hampir tiga tahun di sini. Dulunya cuma nelayan biasa, tapi melihat yang lain ramai bikin keramba, akhirnya ikut-ikutan juga. Karena rumahku persis di pinggir sungai juga," kata dia kepada di sela ia memberi makan keramba ikan sederhana yang dikelolanya, Baihaki hanya membudidayakan ikan Bawal. Meski demikian, ia merasa budidaya satu jenis ikan saja sudah menguntungkan. Satu bak, bisa diisi sampai ekor. "Aku pasang empat bak. Bisa sampai tiga sampai empat ribu ekor kalau panennya. Satu ekor bawal itu dijual 18 ribu biasanya, bisa dihitung berapa hasilnya," ujar Baihaki. Ia menaburi pakan ikan dengan campuran tempe dan parutan Baihaki tak perlu mengeluarkan modal boros. Sesekali ia juga memberi makan ternaknya dengan usus ayam sebagai asupan bawal hasil budidaya keramba jaring apung di Sungai Martapura, Kelurahan Banua Anyar, Kota Banjarmasin. Foto Donny Muslim/ sengaja membudidayakan Bawal karena ikan ini cenderung mudah ketimbang ikan-ikan jenis lain seperti Lele, Patin dan Nila. Sebab, masa panen Bawal mencapai tiga sampai empat kali dalam satu tahun. Adapun sekali panen, ia sanggup mendulang 60 kilogram per melego satu ekor Bawal seharga Rp 18 ribu. "Jadi bisa saja menghidupi keluarga. Aku biasanya memasarkan ke pasar-pasar sentral kayak Pasar Hanyar Sentra Antasari. Bisa juga ada yang datang ke sini langsung," cerita dia, budidaya ikan di Sungai Martapura bukan tanpa ancaman. Ia mengkawatirkan kondisi air sungai yang tiba-tiba berubah menjadi asin dan asam. Apalagi kala musim kemarau tiba. Selain kondisi alam, ancaman juga datang dari keusilan orang-orang yang tidak bertanggung mengaku, jaring-jaring yang ada di keramba sering diputus. Walhasil, ikan-ikan menghilang begitu saja. "Aku kurang tahu juga siapa yang bikin ulah itu. Kalau merawatnya asal-asalan bisa banyak yang mati dan hilang. Khususnya ikan Nila dan Patin yang perlu dirawat benar-benar dan harganya mahal. Makanya aku menghindari, pilih ikan Bawal saja," pembudidaya ikan dalam keramba jaring apung di Sungai Martapura, Kelurahan Banua Anyar, Kota Banjarmasin pada Sabtu 29 Juni 2019. Foto Donny Muslim/yangdigunakan untuk kegiatan budidaya adalah sungai, saluran irigasi, mata air, hujan dan lain-lain tetapi aliran air yang masuk ke dalam kolam sangat sedikit debit airnya (0,5 - 5 l/detik) dan hanya berfungsi menggantikan air yang meresap dan menguap. Keramba Jaring Apung (KJA) Wadah budidaya ikan selanjutnya yang dapat digunakan oleh Jakarta merupakan daerah dengan wilayah yang dilintasi 13 sungai. Namun demikian, pada sungai-sungai tersebut kerap dijumpai sampah. Salah satu penghasil sampah di sungai diduga berasal dari limbah domestik masyarakat yang tinggal di bantaran sungai. Permasalahan utama yang diangkat adalah bagaimana masyarakat bantaran sungai peduli dengan tidak membuang sampah ke sungai. Salah satu tema penting yang dapat dilakukan sebagai konsep pemberdayaan masyarakat bantaran sungai adalah bersahabat dengan sungai. Program ini tidak bertujuan untuk mencegah banjir yang datang ke Jakarta tetapi konsep ini dimunculkan sebagai jawaban untuk melawan kebiasaan masyarakat bantaran sungai yang sudah terlanjur menganggapnya sebagai lahan milik pribadi sehingga dibolehkan membuang sampah di sungai. Memahami karakteristik masyarakat dan individu dengan mempertimbangkan unsur budaya dan norma setempat menjadi penting, sehingga hambatan program berupa rendahnya saling percaya dan minimnya inovasi dan kreativitas bisa diatasi. Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for free Risalah Kebijakan Pertanian dan Lingkungan Vol. 9 No. 1 April 2022 52-60 ISSN 2355-6226 E-ISSN 2477-0299 52 KONSEP PEMBERDAYAAN MASYARAKAT BANTARAN SUNGAI DENGAN KEGIATAN BUDIDAYA KERAMBA IKAN ARUS DERAS Kasus Sungai Pesanggrahan di DKI Jakarta Rizky Muhartono¹,* dan Nurlaili2 ¹ Balai Besar Riset Sosial Ekonomi Kelautan Perikanan. Badan Riset Sumberdaya Manusia-Kementerian Kelautan Perikanan ² Sekolah Pascasarjana Program Doktor Program Studi Sosiologi Pedesaan, Institut Pertanian Bogor * Email rizky_san RINGKASAN Jakarta merupakan daerah dengan wilayah yang dilintasi 13 sungai. Namun demikian, pada sungai-sungai tersebut kerap dijumpai sampah. Salah satu penghasil sampah di sungai diduga berasal dari limbah domestik masyarakat yang tinggal di bantaran sungai. Permasalahan utama yang diangkat adalah bagaimana masyarakat bantaran sungai peduli dengan tidak membuang sampah ke sungai. Salah satu tema penting yang dapat dilakukan sebagai konsep pemberdayaan masyarakat bantaran sungai adalah bersahabat dengan sungai. Program ini tidak bertujuan untuk mencegah banjir yang datang ke Jakarta tetapi konsep ini dimunculkan sebagai jawaban untuk melawan kebiasaan masyarakat bantaran sungai yang sudah terlanjur menganggapnya sebagai lahan milik pribadi sehingga dibolehkan membuang sampah di sungai. Memahami karakteristik masyarakat dan individu dengan mempertimbangkan unsur budaya dan norma setempat menjadi penting, sehingga hambatan program berupa rendahnya saling percaya dan minimnya inovasi dan kreativitas bisa diatasi. Kata kunci masyarakat, pemberdayaan, sampah, sungai PERNYATAN KUNCI • Permasalahan sampah di Sungai Jakarta masih menjadi pekerjaan rumah bagi pemerintah • Keberadaan sampah masih kerap dijumpai di tepian atau pada aliran sungai • Sebagian masyarakat bantaran kali belum mengganggap sungai sebagai properti yang harus dijaga kelangsungannya. Sebagian masih membuang sampah ke sungai • Menjaga sungai harus melibatkan banyak pihak dan tidak hanya berbasis instruksi dari pihak yang berwenang • Masyarakat bantaran kali memiliki potensi dilibatkan dalam kegiatan pemberdayaan sungai REKOMENDASI KEBIJAKAN • Pemerintah DKI perlu membuat terobosan kebijakan pemberdayaan masyarakat bantaran sungai dengan konsep bersahabat dengan sungai. Rumusan Kajian Strategis Bidang Pertanian dan Lingkungan ISSN 2355 – 6226 E-ISSN 2477 – 0299 53 Konsep ini dimunculkan sebagai jawaban untuk melawan kebiasaan masyarakat bantaran sungai yang sudah terlanjur menganggapnya sebagai lahan milik pribadi membuang sampah di sungai. • Kebijakan ini perlu dilakukan dengan pendekatan transdisiplin ilmu pengetahuan dengan melibatkan berbagai instansi terkait yang memiliki kewenangan dan pengetahuan konsep dan praktek tentang masyarakat lokal, sungai dan komoditas budidaya. I. PENDAHULUAN Jakarta merupakan salah satu propinsi yang banyak dikelilingi oleh sungai/kali. Setidaknya terdapat 13 sungai yang melintasi dan membelah Jakarta. Sungai-sungai tersebut di antaranya adalah Sungai Ciliwung, Sungai Krukut, Sungai Pesanggrahan. Dahulu kala, sungai/kali difungsikan sebagai salah satu media transportasi yang dilakukan oleh sebagian warga Jakarta terutama dilakukan oleh para petani untuk mengirimkan hasil panennya untuk dipasarkan di Jakarta. Saat ini, fungsi sungai/kali di Jakarta sudah jauh berubah, tidak difungsikan sebagai sarana transportasi tetapi hanya difungsikan sebagai tempat mengalirnya air dan pembuangan limbah domestik rumah tangga. Pada saat musim kemarau sungai dianggap sahabat oleh warga Jakarta karena terlihat sangat jinak dengan air yang mengalir tenang, tetapi kondisi ini berubah dengan cepat pada saat musim hujan, dimana sebagian besar warga Jakarta menjadikan sungai sebagai musuh bersama karena kondisinya yang tidak dapat menampung air sehingga menyebabkan banjir. Bahkan, banjir tidak hanya melanda daerah yang dialiri sungai melainkan mampu menjangkau wilayah yang dahulunya tidak pernah mengenal kata ”banjir”. Jika dilihat lebih mendalam permasalahan banjir di Jakarta bukan hanya disebabkan tidak berfungsinya sungai-sungai. Permasalahan banjir sangat kompleks, salah satu faktornya adalah disebabkan oleh perilaku negatif manusia. Wilayah puncak dahulu memiliki berfungsi utama sebagai daerah resapan air, namun kondisi ini disulap menjadi vila-vila mewah yang dibangun tanpa mengindahkan fungsi lahan. Salah satu penyebab adalah lemahnya pengawasan dan pencegahan yang dilakukan aparat terkait. Banjir juga dapat diakibatkan sebagai akumulasi tindakan masyarakat yang tidak bertanggung jawab dengan cara membuang sampah ke sungai/kali sehingga menyebabkan pendangkalan arus Arifin et al, 2014. Sebagian besar masyarakat yang tinggal di bantaran kali menggunakan sungai/kali sebagai tempat sampah yang panjang dan mengalir sehingga sungai/kali memiliki beban yang berat yaitu sebagai Risalah Kebijakan Pertanian dan Lingkungan Vol. 9 No. 1 April 2022 54 tempat sampah. Sebagai contoh disepanjang Sungai Ciliwung atau Sungai Pesanggrahan, Warga memang mencari tempat yang praktis untuk membuang sampah. Tempat pinggir kali menjadi tujuan pembuangan sampah lantaran berada dekat pemukiman mereka Selain permasalahan sampah, permasalahan lain yang ditemui di daerah aliran sungai adalah penyempitan badan sungai dan banyaknya bangunan liar yang menempati lahan-lahan yang dilarang untuk ditempati yang menyebabkan kondisi sungai menjadi sempit. Sebagai contoh, Sungai Pesanggrahan yang pada awalnya seluas delapan meter kini menciut menjadi dua meter saja dan volume sampah yang dihasilkan berkisar 15 truk sampah per hari II. SITUASI TERKINI Pemerintah DKI sebenarnya sudah memiliki komitmen preventif untuk menanggulangi permasalahan yang diderita oleh sungai penumpukan sampah yang menyebabkan pendangkalan pada sungai diantaranya adalah dengan melakukan pengerukan sungai, namun dikarenakan rendahnya kesadaran masyarakat dan masih melakukan kegiatan pembuangan sampah di sungai menjadikan langkah yang dilakukan oleh pemerintah daerah menjadi tidak efektif Permasalahan utama yang diangkat adalah bagaimana masyarakat bantaran sungai peduli dengan tidak membuang sampah ke sungai. Salah satu tema penting yang dapat dilakukan sebagai konsep pemberdayaan masyarakat bantaran sungai adalah bersahabat dengan sungai. Program ini tidak bertujuan untuk mencegah banjir yang datang ke Jakarta tetapi konsep ini dimunculkan sebagai jawaban untuk melawan kebiasaan masyarakat bantaran sungai yang sudah terlanjur menganggapnya sebagai lahan milik pribadi sehingga dibolehkan membuang sampah di sungai. Memahami karakteristik masyarakat dan individu dengan mempertimbangkan unsur budaya dan norma setempat menjadi penting, sehingga hambatan program berupa rendahnya saling percaya dan minimnya inovasi dan kreativitas bisa diatasi Noviandi et al, 2017; Andreas dan Savitri, 2016; Mardikanto, 1993; Bustang, 2008; . Setelah mengikuti program ini diharapkan masyarakat akan memiliki paradigma yang berbeda dalam memandang sungai terjadi perubahan paradigma sehingga tekanan ekologis yang diderita sungai akan sedikit berkurang karena masyarakat semakin peduli. Sungai akan dihargai sebagai bagian dari hidup, dimana masyarakat tersebut akan mendapatkan keuntungan secara langsung dan tidak langsung jika mereka mau memelihara kelestarian sungai. Rumusan Kajian Strategis Bidang Pertanian dan Lingkungan ISSN 2355 – 6226 E-ISSN 2477 – 0299 55 III. ANALISIS DAN ALTERNATIF SOLUSI Pengembangan komunitas adalah salah satu metode yang tujuan utamanya untuk memperbaiki kualitas hidup masyarakat melalui pendayagunaan sumber-sumber yang ada pada mereka serta menekankan pada prinsip partisipasi sosial dimana masyarakat terlibat dalam proses perencanaan, pelaksanaan, pengawasan dan evaluasi suatu program Suharto, 2009. Pelibatan masyarakat menjadi penting guna mengetahui kondisi, kebutuhan dan sikap dan akan merasa memiliki program dan bukan hanya objek Sumardjo dan Saharuddin, 2004. Program pada kasus ini lebih memfokuskan kepada aspek pemberdayaan komunitas masyarakat pinggir sungai untuk meningkatkan kesadaran secara kelompok dengan mengubah persepsi masyarakat tentang sungai dan meningkatkan potensi ekonomi dari sungai dengan cara membuat keramba arus deras yang digunakan sebagai tempat memelihara ikan. Pembuatan keramba arus deras dapat dijadikan salah satu stimulus untuk menarik perhatian dan kepedulian masyarakat terhadap sungai. Masyarakat akan dikondisikan untuk menjaga keadaan keramba dari kerusakan terutama banyaknya sampah yang tersangkut karena keramba berfungsi sebagai salah satu sumber penghasilan dengan ikan yang dipelihara. Dengan memelihara ikan di keramba, masyarakat diharapkan akan meningkatkan kepedulian dan mengkondisikan masyarakat di lingkungannya untuk tidak membuang sampah ke sungai. Keramba arus deras dipilih untuk memanfaatkan kondisi arus sungai yang tetap mengalir dan memanfaatkan nutrisi makanan ikan yang terbawa arus sehingga ikan yang dipelihara tidak hanya mengandalkan pakan yang diberikan tetapi mendapatkan makanan alami. Keramba dibuat dari jaring berbahan kawat atau jaring berbahan nilon dan menggunakan pelampung yang terbuat dari drum plastik bekas yang dirancang menyesuaikan kondisi sungai Jakarta yang sering dilanda banjir sehingga ketika banjir datang, keramba tetap mengapung menyesuaikan dengan tingginya air. Sungai Pesanggrahan dipilih dengan asumsi pencemaran pada sungai ini tidak separah yang terjadi di sungai-sungai yang lain. Sungai ini melintasi selatan jakarta yang banyak memiliki kawasan perumahan dan cenderung lebih sedikit jumlah pabrik yang dicurigai membuang limbah ke sungai jika dibandingkan wilayah lain, sehingga dari aspek teknis pencemaran air, ikan yang dipelihara di dalam keramba masih bisa tumbuh dan berkembang. Jenis ikan yang dipelihara adalah ikan yang mampu hidup pada kondisi arus mengalir, rawa dan air yang keruh. Ikan lele, Risalah Kebijakan Pertanian dan Lingkungan Vol. 9 No. 1 April 2022 56 nila dan gabus sehingga tingkat kematian mortalitas dapat dikurangi dan masyarakat yang memelihara tidak disibukkan dengan perawatan ikan secara teknis seperti menjaga pH air, menjaga suhu dan penyakit yang menyerang ikan tetapi cukup merawat keberadaan keramba dan membersihkan sampah yang tersangkut. Pada Gambar 1 dapat dilihat bahwa program ini dapat dibagi menjadi lima fase/tahapan, yaitu penentuan lokasi, penyuluhan, pembentukkan kelembagaan, pelaksanaan program, dan evaluasi program. Pada pelaksanaan tiap fase dilakukan kegiatan monitoring dan pendampingan dengan tujuan mengawasi dan memastikan program dilaksanakan sesuai dengan kebijakan dan ketentuan yang telah disepakati bersama. Jika Ditemukan permasalahan dapat dicarikan solusi yang tepat dan cepat. Fase pertama adalah penentuan lokasi. Proses ini didasari dengan pertimbangan bahwa lokasi tersebut harus dilewati kali pesanggrahan sehingga tujuan awal merubah paradigma masyarakat bantaran kali untuk menjaga kelestarian kali dapat dilaksanakan. Pertimbangan dalam penentuan lokasi yaitu merupakan kawasan padat penduduk dengan tingkat ekonomi menengah ke bawah, karena ada kecenderungan masyarakat pada tingkat ini kurang memperhatikan keberadaan kali membuang sampah ke kali. Pertimbangan lain adalah jika lokasi dilaksanakan pada kompleks perumahan menengah ke atas, maka program menjadi tidak tepat sasaran karena salah satu tujuan program ini adalah memberikan penghasilan tambahan dengan cara memelihara ikan. Fase kedua adalah melakukan penyuluhan/sosialisasi dengan tujuan masyarakat memiliki paradigma yang pro-environment, sehingga akan memaknai kali dengan bijaksana dan bukan sebagai tempat sampah ataupun sumber musibah banjir. Materi-materi penyuluhan yang disampaikan kepada masyarakat diantaranya tentang sampah daur ulang sampah, kepedulian terhadap lingkungan pentingnya kali, budidaya ikan di kali menggunakan keramba jaring pembuatan dan perawatan, dan pemasaran. Kegiatan penyuluhan menanamkan bahwa program yang dilakukan bukanlah kegiaran profit oriented sehingga diharapkan masyarakat tidak sekedar mencari bantuan modal, tetapi berdasarkan kepedulian terhadap lingkungan sehingga pada akhirnya mau melaksanakan kegiatan tanpa harus digerakkan dengan uang. Rumusan Kajian Strategis Bidang Pertanian dan Lingkungan ISSN 2355 – 6226 E-ISSN 2477 – 0299 57 Gambar 1. Skema ProgramSetelah paradigma masyarakat terbentuk dalam memandang peran kali, langkah selanjutnya adalah fase ketiga yaitu pembentukkan kelompok. Kelompok yang dibentuk didasari dengan kesamaan spatial RT/RW dengan tujuan memudahkan koordinasi pada saat pelaksanaannya. Satu kelompok terdiri atas 5-10 orang dengan tujuan kelompok yang dibentuk dapat bekerja dengan efektif dan memudahkan koordinasi, selain itu diharapkan tidak ada anggota yang tidak mempunyai tanggung jawab free rider dan hanya sekedar menjadi anggota pasif. Unsur lain yang tidak boleh dilupakan adalah melibatkan unsur pemuda. Dalam Peduli Lingkungan Pentingnya kali memilih lokasi yang sesuai dengan aspek teknis, menggunakan keramba jarring pembuatan dan perawatan Pelatihan pemberian pakan dan pembuatan KJA 5-10 kelompok - Berbasis spatial rt/rw yang berbatasan dengan sungai - 1 kelompok terdiri dari 5-10 orang - Melibatkan unsur pemuda Pengorganisasian kelompok - Penunjukkan ketua - Pembuatan Jadwal piket untuk membersihkan keramba dari sampah yang tersangkut - Pembuatan Jadwal piket untuk pemberian makanan tambahan - kerjabakti rutin antar kelompok untuk membersihkan sampah secara bersama-sama Program Pengembangan Masyarakat Bantaran Kali dengan - Anggota kelompok berperan aktif dalam pengelolaan KJA - Anggota kelompok menyadari pentingnya peran sungai dan mengkondisikan masyarakat sekitar untuk tidak membuang sampah ke sungai - Anggota kelompok memiliki penghasilan tambahan dari ikan yang dipelihara. Program dihentikan atau dilakukan pengulangan pada fase yang mengalami - Program tidak berjalan - KJA rusak tidak terawat - Anggota kelompok dan masyarakat sekitar masih membuang sampah Program dilanjutkan dan di implementasikan di lokasi lain dengan mengikutsertakan kelompok yang berhasil sebagai pendamping Risalah Kebijakan Pertanian dan Lingkungan Vol. 9 No. 1 April 2022 58 hal ini generasi muda diharapkan menjadi generasi penerus yang dapat menularkan pemahaman pentingnya peran kali. Bagi generasi muda, kelompok KJA berguna sebagai wadah aktualisasi diri yang positif sekaligus sebagai langkah pengurangan peredaran narkoba dikalangan generasi muda. Setelah kelompok terbentuk, kemudian dilakukan pengorganisasian kelompok seperti pemilihan ketua, pembuatan jadwal piket untuk memberikan pakan, jadwal piket untuk membersihkan sampah yang menyangkut maupun kerja bakti rutin antar kelompok. Dalam hal ini, program-program yang akan dilaksanakan oleh kelompok dibuat secara bottom-up berdasarkan kesepakatan dan keinginan masing-masing anggota kelompok yang sudah dimusyawarahkan. Pihak pendamping, berperan sebagai mediasi awal pada pembuatan program dan tidak memiliki kewenangan untuk menentukan program yang akan dilaksanakan pada masing-masing kelompok. diharapkan masing-masing anggota kelompok dapat bertanggung jawab terhadap keputusan yang telah dihasilkan dan mau melaksanakan dengan kesadaran sepenuh hati. Kegiatan lain yang dilakukan adalah membuat pelatihan pembuatan KJA dan mempraktekkannya secara bersama-sama diantara anggota kelompok. Langkah selanjutnya yang dilakukan oleh pendamping program adalah menginisiasi pembentukkan wadah antar kelompok keramba jaring dengan harapan masing-masing kelompok dapat saling berkomunikasi untuk mengkonsultasikan permasalahan yang ditemui atau melakukan perancangan program yang akan dilakukan bersama. Fase keempat adalah pelaksanaan program. Pada fase ini, berlangsung pada saat bibit ikan dimasukkan kedalam keramba sampai dengan masa panen. Lamanya pelaksanaan pemeliharaan ditentukan oleh jenis ikan yang akan dipelihara. Untuk jenis ikan lele memakan waktu sekitar 3 bulan hingga bisa dipanen, sedangkan untuk ikan nila memakan waktu sekitar 3-4 bulan. Fase terakhir adalah evaluasi seluruh pelaksanaan program dari sejak awal penentuan lokasi hingga pemanenan ikan. Fase ini bertujuan untuk mengevaluasi keberhasilan atas program yang telah dijalankan. Adapun indikator keberhasilan di antaranya adalah anggota kelompok dapat berperan aktif dalam pengelolaan keramba jaring. Keaktifan anggota dapat dilihat dari kesadaran melaksanakan program yang telah disepakati bersama dan anggota kelompok bertambah kemampuannya untuk berorganisasi dan mengeluarkan pendapat. Keberhasilan yang lain adalah anggota kelompok akan semakin Rumusan Kajian Strategis Bidang Pertanian dan Lingkungan ISSN 2355 – 6226 E-ISSN 2477 – 0299 59 menyadari pentingnya peran sungai dan dapat mengkondisikan masyarakat sekitar untuk tidak membuang sampah ke sungai dan akan menegur jika ada anggota masyarakat yang membuang sampah sembarangan ke sungai karena akan berdampak negatif terhadap keberadaan keramba. Jika seluruh anggota kelompok melakukan hal yang sama menegur jika ada warga yang membuang sampah ke sungai maka pada gilirannya akan menjadi sebuah gerakan sosial untuk tidak membuat sampah ke kali. Indikator keberhasilan lain adalah anggota kelompok memiliki penghasilan tambahan dari ikan yang dipelihara sehingga dapat membantu perekonomian keluarga. Jika program yang dilaksanakan menunjukkan keberhasilan maka program tersebut akan dijadikan contoh untuk membuat kegiatan serupa di lokasi yang berbeda dan menjadikan kelompok tersebut sebagai kelompok pendamping untuk menularkan keberhasilan yang telah dilakukan sehingga jika ada masyarakat yang meremehkan pelaksanaan program ini akan berubah dan memiliki paradigma yang sama. Jika evaluasi program yang dilakukan menunjukkan indikator kegagalan, seperti Program tidak berjalan, keramba jaring yang telah dibuat rusak tidak terawat, anggota kelompok dan masyarakat sekitar masih membuang sampah ke sungai dan berdasarkan hasil evaluasi tidak akan berhasil diterapkan maka kegiatan program dapat dihentikan. Namun, jika kegagalan didasarkan karena faktor teknis dan alam seperti ikan yang dipelihara masih terlalu kecil sehingga tingkat mortalitas tinggi atau mati karena ketidak sesuaian kondisi air ataupun keracunan limbah dan masih terlihat potensi perbaikan, maka program akan tetap dilaksanakan dengan berfokus memperbaiki fase yang mengalami kegagalan. Jika kematian ikan yang terjadi karena limbah pabrik, maka kelompok dapat memberikan tekanan kepada pihak terkait untuk lebih mengawasi dan memperhatikan pembuangan limbah yang dilakukan oleh pabrik-pabrik dan memberikan sanksi yang tegas jika ada pabrik yang terbukti membuang limbahnya ke sungai. Dalam hal ini kelompok-kelompok tersebut dapat difungsikan sebagai pemberi informasi jika terjadi pembuangan limbah di sungai dan pihak terkait dapat menindaklanjuti jika ada laporan dari kelompok. REFERENSI Andreas, Savitri, E. 2016. Peranan Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Pesisir dan Modal Sosial Dalam Meningkatkan Kesejahteraan di Kabupaten Meranti dan Rokan Hilir. Universitas Riau Press. Arifin, Kaswanto, Arifin, 2014. Manajemen Lanskap Riparian Sungai Ciliwung Berbasis Pemberdayaan Masyarakat dalam Mengatasi Banjir di Wilayah Hilir. Risalah Kebijakan Pertanian dan Lingkungan Vol. 9 No. 1 April 2022 60 Seminar Hasil-hasil Penelitian PPM IPB. Bustang. 2008. Potensi Masyarakat dan Kelembagaan Lokal dalam Pemberdayaan Keluarga Miskin Pedesaan di Kabupaten Bone. Disertasi. Program Pasca Sarjana. Departemen Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat. Institu Pertanian Bogor Mardikanto, T. 1993. Penyuluhan Pembangunan Pertanian. Surakarta ID Sebelas Maret University Press. Noviandi, T. U. Z., Kaswanto, R. L., Arifin, H. S. 2017. Riparian Landscape Management in the Midstream of Ciliwung River as Supporting Water Sensitive Cities Program with Priority of Productive Landscape. In IOP Conference Series Earth and Environmental Science 91 1. IOP Publishing. Suharto, E. 2009. Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat. Kajian Strategis Pembangunan Kesejahteraan Sosial dan Pekerjaan Sosial. Penerbit Refika Aditama-Bandung. Sumardjo dan Saharuddin, 2004. Metode-metode Partisipatif dalam Pengembanagn Masyarakat Model SEP -523. Departemen Ilmu-Ilmu Sosial Ekonomi. Fakultas Pertanian IPB dan Sekolah Pasca Sarjana IPB. ResearchGate has not been able to resolve any citations for this Ciliwung River is facing problem of the settlement occupation in its riparian zones. This phenomenon caused ecological damage in riparian, so it can aggravate the disaster of annual flooding in Jakarta. As an effort to control this catastrophe, riparian landscape management of Ciliwung River is needed. Based on its topography, Ciliwung River is divided into three segments, there are the upstream, the midstream, and the downstream. Data shows that riparian in the midstream is the largest area, it covers more than 60% of the total riparian area. This segment is very important to be managed in order to reduce runoff towards the downstream. The method used was comparing many standards to get the ideal riparian width in the midstream, which is 50 m for urban areas and 100 m for outside the urban areas. Next method was analyzing spatially to get riparian landscape characteristic of Ciliwung River. The result showed that of riparian zones in the midstream had occupied by settlement. Analysis of riparian function and utilization had held by using Analytical Hierarchy Process. Priority of riparian function in the midstream of Ciliwung River is production. This can be realized with the plan of community garden or inland fisheries. Riparian landscape management in the midstream aims to support the food consumption diversification, and maximize the function of water catchment and water retention in order to support the program of Water Sensitive BustangBasita Ginting SugihenMargono SlametDjoko SusantoThe aim of the research was intended to formulate the model of poor familiy Empowerement by determining both the level and the influencing factors of social responsibility and level of empowerment. Survey and interview techniques were implemented among 276 selected samples, started Nopember 2006 until April 2007. Data was analyzed by using both correlation and path analysis. The results indicated that a number of respondent had a high social responsibility and medium level of empowerment. The increase of social responsibility and level of empowerment were influenced by implementation of good government of local organization, income, and formal education. This study suggests an alternative model of empowerment in order to social responsibility and level of Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Pesisir dan Modal Sosial Dalam Meningkatkan Kesejahteraan di Kabupaten Meranti dan Rokan HilirSavitri AndreasPenyuluhan Pembangunan PertanianT MardikantoMembangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat. Kajian Strategis Pembangunan Kesejahteraan Sosial dan Pekerjaan Sosial. Penerbit Refika Aditama-BandungE SuhartoSuharto, E. 2009. Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat. Kajian Strategis Pembangunan Kesejahteraan Sosial dan Pekerjaan Sosial. Penerbit Refika Aditama-Bandung.
Sejumlahwarga di wilayah itu memanfaatkan sungai kecil untuk budidaya ikan dalam keramba dengan berbagai jenis ikan nila, ikan mas dan lainnya untuk kemudian dijual kepada konsumen dengan harga rata-rata Rp40 ribu-Rp80 ribu per kilogram. (FOTO : ANTARA/Harviyan Perdana Putra)
- Warga membersihkan sampah yang menyangkut di keramba budi daya ikan di aliran Sungai Cikapundung, Bandung, Jawa Barat, Jumat 6/11/2020. Sejumlah warga di kawasan bantaran Sungai Cikapundung tersebut membudidayakan ikan mas menggunakan keramba dari bambu sebagai pemanfaatan aliran sungai untuk menambah penghasilan. [ANTARA FOTO/Novrian Arbi]
Manfaatbudidaya ikan di keramba pun ternyata banyak. Tiap pagi, para pemilik selalu membersihkan kerambanya masing-masing. Otomatis, membuat sungai menjadi bersih. Lalu, tiap Minggu, warga selalu bekerja bakti membersihkan sungai. Sehingga, kebersihan sungai selalu terjaga. "Kalau untuk makannya engga susah, di sungai sudah ada makanan.Metode karamba Karamba adalah wadah untuk budidaya ikan yang semua sisi dan dasarnya dibatasi atau dipagari dengan jeruji yang dibuat dari bambu atau jaring kawat sehingga ikan tidak bisa keluar dari wadah tersebut. Karamba ditempatkan dibadan sungai atau saluran irigasi. Pertukaran air melalui aliran air yang melewati jeruji atau jaring kawat. Dengan aliran air ini ikan mendapatkan suplai oksigen. Awal mulanya karamba hanya digunakan sebagai wadah ikan yang akan dijual, sebagai stok hidup. Namun demikian akhirnya karamba menjadi wadah yang akan digunakan untuk budidaya ikan. Karamba pertama kalinya digunakan dikampung pasar Kosambi, bandung selatan, pada tahun 1940. Budidaya dengan karamba kemudian meluas ke Tasikmalaya dan Ciganjar, jawa Barat. Di Jawa Barat, karamba yang seluruhnya dimasukkan ke badan air disebut kombong, di Kalimantan Timur disebut haba. Di Amerika, karamba disebut net cages, dibuat dari plastik atau jala nilon. Karamba dapat digunakan untuk budidaya ikan di sungai, saluran irigasi, waduk, parit, danau dan rawa. Sungai atau saluran irigasi yang digunakan untuk menempakan karamba harus dipilih yang tidak tercemar senyawa berbahaya atau beracun. Berdasakan letaknya terhadap permukaan air dan dasar perairan, karamba dibedakan menjadi Semua bagian karamba terendam dalam air dan menyentuh dasar perairan. Pemberian pakan dilakukan melalui corong. Karamba ini dipasang disungai atau saluran irigasi dengan kedalaman air sekitar 1,5 m. Karamba dipasang terendam sebagian, menyentuh dasar perairan. Pemasangan karamba ini dilakukan disungai atau saluran irigasi, waduk, danau, yang kedalamannya sekitar 1meter. Karamba dipasang terendam sebagian diperairan dalam kondisi terapung. Karamba tidak menyentuh dasar perairan. Karamba jenis ini dilengkapi pelampung dan pemberat agar tidak menyentuh dasar perairan. Karamba ini dipasang disungai, waduk, danau, dan rawa. 1. Bahan Karamba bahan-bahan yang digunakan untuk membuat karamba adalah sebagai berikut Untuk membuat Kerangka, jeruji, dan rakit diperlukan bahan kayu kaso 5 X 5 cm, atau 5 X 7 cm, bambu bulat dengan garis tengah 5cm. Bambu dipilih yang sudah tua, lurus, ruasnya panjang, agar tahan lama. Untuk jeruji bisa memakai jaring kawat. Untuk membuat pelampung, bils diperlukan, dapat menggunakan drum atau ban bekas. Jangkar atau pemberat yang dibuat dari adukan semen, terutama untuk karamba terapung, agar kedudukan karamba tetap stabil pada posisinya. Tali atau kawat pengikat. paku baja atau paku beton tahan karat. Bentuk dan Ukuran Karamba karamba dapat dibuat dengan bentuk bujur sangkar, misalnya 1 X 1 X 1 m atau 2 X 2 X 1 m, atau persegi panjang, misalnya 3 X 2 X 1 m, atau bulat panjang misalnya 2 m dengan garis 0,5-1 m. Ukuran karamba yang efisien adalah panjang 3 X lebar 2 x tinggi 1m. Ukuran karamba berpngaruh terhadap pertumbuhan ikan. Bila ukuran karamba relatif kecil maka ikan tidak akan banyak bergerak sehingga energinya optimal digunakan untuk metabolisme tubuh sehingga ikan menjadi cepat besar. Dengan ukuranya yang relatif kecil, pemberian pakan bisa merata dan setiap ikan bisa mendapatkan pakan. 3. Kontruksi Karamba Kontruksi karamba terdiri dari Kerangka karamba, kerangka karamba dibuat dari balok kayu kaso ukuranya 5 cmX 5 cm atau 5 cm X 7 cm. Kerangka dibuat sesuai ukuran karamba, misalnya ukuran karamba 3 m X 2 m X 1 m. Jeruji karamba,jeruji karamba bisa dibuat dari bilah kayu bambu dengan lebar 3 cm dan panjang menyesuaikan ukuran karamba, misalnya 3m, 2m, 1m. Untuk jeruji karamba bisa juga menggunakan jaring kawat. Ukuran jaring disesuaikan dengan ukuran bibit ikan yang akan ditebar. Bilah bambu atau jaring kawatdipasang pada kerangka karamba dengan dipaku atau di ikat dengan tali kawat. Kerapatan jeruji untuk bibit ikan yang kecil dari 50 g adalah kurang dari 1 cm. Sedangkan untuk ukuran bibit ikan lebih besar dari 50 g/ekor, kerapatan antar jeruji bisa lebih dari 1 cm. Pintu karamba, pintu karamba dibuat pada bagian atas denan ukuran 30 X 30 cm atau 30 X 40cm. Daun pintu sebaiknya dibuat dari kayu atau dari bilah bambu yang dirangkai dengan bahan kayu. Pintu berfungsi untuk menebar bibit ikan dan saat panen. Pintu bisa dibuat kusus untuk pemberian pakan, yaitu disudut depan bagian karamba. Rakit untuk menempatkan karamba, rakit dibuat untuk jenis karamba yang diapungkan dengan sebagian terendam air. Kerangka rakit dibuat dari bambu bulat atau papan kayu. Dengan menggunakan rakit, beberapa karamba dapat disusun sesuai keinginan. Pelampung, pelampung diikatkan pada rakit untuk jenis karamba terapung. Pelampung dari drum kosong atau ban bekas dipasang pada kiri-kanan rakit. 4. Pemasangan Karamba di perairan A. Pemasangan Karamba di sungai dan di saluran irigasi dangkat. Di sungai-sungai kecil dan saluran irigasi yang dangkal, dengan kedalaman air kurang dari 1 meter, karamba dipasang terendam sebagian. Dasar karamba diletakkan pada dasar perairan. Karamba bisa diletakan secara berderet menjadi satu, dua,atau tiga baris,sesuai lebar sungai atau saluran irigasi. Jarak antara karamba yang satu sama dengan karamba yang lain harus lebih dari 50 cm agar aliran sungai tidak terhambat. Setelah karamba diletakan pada posisinya, setiap unit karamba diikat pada pemancang agar tidak hanyut. B. Pemasangan karamba di sungai, danau, waduk, dan rawa Karamba dipasang terendam secara keseluruhan. Karamba berada 10-20 cm dibawah permukaan air. agar posisinya stabil pada setiap sudut bagian bawahbadan karamba dilengkapi dengan jangkar yang ditancapkan pada dasar perairan. Untukmencegah hanyut maka karamba diikat pada tiang pancang. Perlengkapan penting untuk karamba terapung adalah corong yang dihubungkan ke peralon untuk memberi pakan. Karamba juga dapat di pasang secara terapung. Untuk mengapungkan karamba diperlukan rakit, pelampung, dan pemberat. Pelampung dipasang pada rakit agar karamba mengapung. Pemberat dipasang pada setiap ujung rakit. Distributor Viterna Plus Nasa 0812-1000-1249
12 Persyaratan untuk pemeliharaan ikan lele di keramba : a. Sungai atau saluran irigasi tidak curam, mudah dikunjungi/dikontrol. b. Dekat dengan rumah pemeliharaannya. c. Lebar sungai atau saluran irigasi antara 3-5 meter. d. Sungai atau saluran irigasi tidak berbatu-batu, sehingga keramba mudah dipasang. e.oRpwlq.